Gunung Kelud |
Beberapa hewan dikabarkan keluar dari hutan menuju permukiman penduduk
di kaki Gunung Kelud. Kabar ini disampaikan sejumlah warga Desa
Pandansari, Kecamatan Ngantang, Malang, Jawa Timur.
"Ada laporan yang masuk, bahwa warga melihat kijang dan hewan lain
keluar hutan menuju permukiman penduduk," beber mantan Kepala Desa
Pandansari, Sakirman ketika dikonfirmasi di Malang, Jawa Timur, Selasa
(11/2/2014).
Sakirman yang juga anggota Tim Siaga Jangkar Kelud mengatakan, salah
satu tanda alam jika gunung mau meletus memang berpindahnya hewan-hewan
yang ada di sekitar gunung. Dalam kasus ini, kijang dan kera keluar yang
dari hutan menuju dekat permukiman warga.
Bila benar demikian,
berarti aktivitas Gunung Kelud benar-benar harus diwaspadai. Hanya saja,
Sakirman belum memercayai sepenuhnya laporan yang masuk tersebut. Ia
pun mengimbau warga sekitar yang biasa masuk ke dalam hutan untuk
mengecek informasi tersebut.
Gunung Kelud terhitung Senin petang
10 Februari 2014, berstatus Siaga. Meningkatnya status Kelud dari
Waspada (level II) menjadi Siaga (level III) jelas menyita perhatian
banyak pihak di Tanah Air.
Sebab, bila Kelud kembali meletus,
banyak warga di 3 kabupaten di Jawa Timur yang terancam. Secara
administratif, gunung api berketinggian 1.731 meter dari permukaan laut
(mdpl) ini terletak di perbatasan Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar,
dan Kabupaten Malang. Sementara, puncak kawah Gunung Kelud terletak di
Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.
Kelud tercatat sebagai salah
satu gunung teraktif di Jawa Timur. Merujuk penelitian Lembaga
Smithsonian di Washington DC, Amerika Serikat, selama seabad atau 100
tahun terakhir tercatat letusan Gunung Kelud hampir 40 kali.
Letusan 1586
Dalam catatan sejarah, letusan
terbesar sejak 1.000 tahun lampau berlangsung pada 1586. Pada waktu itu
hampir semua karakter erupsi terjadi, seperti letusan hebat, luncuran
awan panas hingga lelehan lahar panas dan lahar dingin.
Berdasarkan buku Data Dasar Gunung Api di Indonesia,
jumlah korban saat itu diperkirakan mencapai lebih dari 10 ribu orang
--jumlah yang sangat besar mengingat populasi penduduk di sana saat itu
masih sangat sedikit. Letusan pada 1586 itu diperkirakan memiliki
kekuatan Volcanic Explosivity Index (VEI): 5. Ini setara letusan Gunung Pinnatubo di Filipina pada 1991.
Sebagai
perbandingan kekuatan letusan, Gunung Tambora yang meletus pada 1815
berkekuatan VEI=7 mengakibatkan 92 ribu orang meninggal dunia.
Sementara, letusan Gunung Krakatau pada 1883 yang berkekuatan VEI=6
mencerabut nyawa 36.400 warga. Letusan Krakatau yang VEI=6 itu setara
dengan 150-175 megaton dinamit atau setara dengan 7,500-8,750 bom atom
Hiroshima -- 1 bom Hiroshima kira-kira termal energinya 20 kiloton.
Gunung
Kelud termasuk dalam tipe stratovulkan dengan karakteristik letusan
eksplosif. Seperti banyak gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Kelud
terbentuk akibat proses subduksi lempeng benua Indo-Australia terhadap
lempeng Eurasia. Sejak 1300 Masehi, gunung ini tercatat aktif meletus
dengan rentang jarak waktu yang relatif pendek (9-25 tahun),
menjadikannya sebagai gunung api yang berbahaya bagi manusia.
Kekhasan
gunung api ini adalah adanya danau kawah (hingga akhir 2007) yang
membuat lahar letusan sangat cair dan membahayakan penduduk sekitarnya.
Akibat aktivitas vulkanik pada 2007 yang memunculkan kubah lava, danau
kawah nyaris sirna dan tersisa semacam kubangan air.
Puncak-puncak
yang ada sekarang merupakan sisa dari letusan besar masa lalu yang
meruntuhkan bagian puncak purba. Dinding di sisi barat daya runtuh
terbuka sehingga kompleks kawah membuka ke arah itu. Puncak Kelud adalah
yang tertinggi, berposisi agak di timur laut kawah. Puncak-puncak
lainnya adalah Puncak Gajah Mungkur di sisi barat dan Puncak Sumbing di
sisi selatan.
Satu sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah
dibuat secara ekstensif pada 1926 -- masih berfungsi hingga kini --
setelah letusan pada 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat
banjir lahar dingin menyapu permukiman penduduk.
Pada abad ke-20,
Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966, dan
1990. Pada 2007, gunung ini kembali meningkat aktivitasnya. Pola ini
membuat beberapa ahli gunung api berpendapat bahwa siklus letusan Gunung
Kelud adalah kira-kira 15 tahun sekali.
Letusan 1919
Letusan
ini termasuk yang paling mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa,
merusak 15.000 hektare lahan produktif karena aliran lahar mencapai 38
kilometer. Kendati di Kali Badak, telah dibangun bendungan penahan lahar
pada 1905. Selain itu, Hugo Cool pada 1907 juga ditugaskan melakukan
penggalian saluran melalui pematang atau dinding kawah bagian barat.
Usaha itu berhasil mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.
Karena
letusan inilah kemudian dibangun sistem saluran terowongan pembuangan
air danau kawah, dan rampung pada 1926. Secara keseluruhan dibangun 7
terowongan. Pada masa setelah kemerdekaan dibangun terowongan baru
setelah letusan 1966, 45 meter di bawah terowongan lama. Terowongan yang
selesai pada 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini
berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter
kubik.
Letusan 1990
Letusan 1990
berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990.
Pada letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik
material vulkanik. Lahar dingin menjalar sampai 24 kilometer dari danau
kawah melalui 11 sungai yang berhulu di gunung itu. Letusan ini sempat
menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik. Proses normalisasi
baru selesai 1994.
Letusan 2007
Kegiatan
vulkanik Gunung Kelud meningkat pada akhir September 2007. Dan terus
berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya
suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan
warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status Awas
(tertinggi) dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari
gunung (lebih kurang 135 ribu jiwa) yang tinggal di lereng gunung
tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.
Sempat agak
mereda, aktivitas Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan
peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal.
Pada 3 November 2007, tepat sekitar pukul 16.00 WIB, suhu air danau
melebihi 74 derajat Celsius -- jauh di atas normal gejala letusan
sebesar 40 derajat Celsius -- sehingga menyebabkan alat pengukur suhu
rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35 mm)
mengakibatkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak
terjadi letusan.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala
unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah
danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah
sejak 5 November 2007 dan terus `tumbuh` hingga berukuran selebar 100
meter. Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran
magma, sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan
dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan 1990.
Sejak
peristiwa tersebut, aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan
pada 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi Siaga.
Namun, danau kawah Gunung Kelud praktis `hilang` karena kemunculan kubah
lava yang besar. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh
berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.
Kini, status
Gunung Kelud menjadi Siaga, berarti tinggal 1 level lagi menjadi Awas
atau status gunung akan meletus. Temperatur kawah Gunung Kelud pun
kemarin meningkat menjadi sekitar 56 derajat Celcius. Sebagai
perbandingan, awal November 2007, suhu air danau kawah melebihi 74
derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat
Celsius.
Letusan memang sulit diprediksi. Yang terang, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur menyatakan sedikitnya 83
ribu jiwa tinggal di kawasan rawan bencana Gunung Kelud.
BPBD pun
memetakan beberapa Kawasan Rawan Bencana di wilayah itu. Kawasan Rawan
Bencana I adalah radius 2 kilometer dari bibir kawah. Selanjutnya,
Kawasan Rawan Bencana II berada dalam radius 5 kilometer. Terakhir,
Kawasan Rawan Bencana III di radius 10 kilometer. Sementara, jalur
evakuasi mengacu pada wilayah masing masing.
Posting Komentar